"Di Malaysia ini tenang-tenang saja. Sampai hari ini biasa saja," kata Kepala Fungsi Penerangan Kedutaan Besar RI Kuala Lumpur, Widyarka Ryananta, dalam perbincangan dengan VIVAnews.com.
Menurut Widyarka, euforia warga Malaysia tidak seheboh dan semeriah yang dilakukan rakyat Indonesia. Ini merupakan final kedua Malaysia setelah pada 1996 silam ditekuk Thailand dengan skor 0-1.
Sedangkan untuk Indonesia, ini merupakan final keempat kalinya setelah gagal tiga kali dan hanya meraih peringkat kedua pada 2000, 2003, dan 2004.
Widyarka juga menambahkan, media Malaysia juga tidak banyak yang meletakkan kemenangan timnas Malaysia di halaman utama. Menurut Widyarka, rakyat Malaysia memang memberikan perhatian, tapi tidak besar.
"Berita kemenangan tidak diberitakan di halaman headline, itu justru ada di halaman belakang," ujar dia. Respons yang biasa saja itu juga terlihat saat Malaysia melawan Vietnam dalam ajang semifinal lalu.
Saat itu, dari kapasitas Stadion Bukit Jalil sekitar 100.000 kursi, suporter Malaysia yang menonton langsung tidak sampai setengah kapasitas stadion. "Pada waktu dengan Vietnam hanya sampai sekitar 45.000," ujar Widyarka.
Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di Indonesia. Dalam dua laga final melawan Filipina, Stadion Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta, yang berkapasitas sekitar 80.000 penuh sesak. Belum lagi aksi-aksi suporter Indonesia.
Untuk pertandingan final pertama pada Minggu 26 Desember mendatang di Bukit Jalil, Malaysia hanya menyediakan 15.000 tiket bagi penonton Indonesia. Tiket dengan kelas termurah. Jumlah itu belum termasuk 500 kursi untuk PSSI.
Dengan kapasitas stadion 100.000, dengan jumlah penonton Malaysia pada semifinal 45.000, jatah Indonesia untuk Indonesia itu termasuk sedikit, hanya sekitar 15persen. Apakah Malaysia khawatir suporter Indonesia akan lebih banyak dari Malaysia? Apakah Malaysia kesulitan mencari suporter? Belum pasti. • VIVAnews
0 komentar: